Kamis, 13 Mei 2010

BAGAIMANA CARA MENGEMBANGKAN EMOTIONAL INTELLIGENCE (KECERDASAN EMOSI) ANAK

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I
Tiap tahun, menjelang musim hujan, sebelum hujan turun, Guru play group Fatimah meminta orang tua murid mengirimkan jas hujan anaknya. Untuk minggu selanjutnya, dia menolong murid berumur 3 tahun untuk mengenakan jas hujan.
Sang guru terus menerus menyemangati, menghadapi kesulitan dan frustasi muridnya sampai semuanya bisa mengenakan jas hujan sendiri.
Latihan itu membawa hasil ketika hujan turun, tetapi untuk Fatimah, ini bukan sekedar mengajarkan kemandirian. Dia mengajarkan Emotional Intelligence atau E.Q (kecerdasan Emosi).
Bagaimana?
EQ merujuk ke kemampuan sosial atau emosional seseorang dalam kemampuan membina hubungan dan perasaan sensitive (empati) pada diri sendiri maupun orang lain. Akhir-akhir ini EQ ramai menjadi topik, tetapi konsep EQ telah ada puluhan tahun sebelumnya; seseorang yang pernah menjalani konsultasi pasti mengalami, dan banyak orang tua melaksanakannya secara naluri. Bukan itu saja; Dalam dunia yang beraneka ragam, penuh permusuhan dan kekerasan.
Para peneliti, pendidik dan psikolog menyatakan Kecerdasan Emosi adalah daya pertahanan hidup, bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Mereka mengatakan bahwa EQ lebih penting dari IQ, nyatanya EQ meningkatkan IQ, dan pada Millenium berikutnya, orang yang rendah EQ-nya akan menderita.
Jadi Fatimah memulainya dengan anak umur 3 tahun, saat mereka mulai melihat diri mereka sebagai bagian dari komunitas yang besar. “Saya menolong mereka menyadari hubungan bahwa ketekunan memberikan kemampuan”,katanya. Saya mengatakan “Lihat hasil latihanmu! Kamu bisa melakukannya sendiri! Tidakkah hal itu membuat kamu senang?”
disitulah terletak inti permasalahannya.
“Merasa senang akan diri sendiri adalah dasar EQ”,kata Fatimah.
“Hal itu menimbulkan kepercayaan diri, dan semakin yakin seseorang akan dirinya, semakin baik kemampuan belajar dan kemampuan memanfaatkan dirinya”.
Berbeda dengan IQ, tidak ada cara mengukur EQ kecuali secara gurauan. Fatimah, mungkin mengatakan pada orang tua mereka,” Zaki memiliki kesulitan bermain bersama secara kooperatif”, dan menawarkan cara agar mereka bisa meningkatkan sikap kooperatif, misalnya dengan melakukan tugas sederhana bersama-sama dan mengomentari,”Pekerjaan ini menjadi lebih menyenangkan karena dilakukan bersama-sama!”
EQ sering disalahartikan dengan temperamen, padahal temperamen adalah sifat tingkah laku bawaan lahir, sedang EQ adalah respons yang dipelajari.

“Karakteristik temperamen memberikan gambaran bagaimana anak itu menghadapi sesuatu apakah lambat bereaksi, sosial, tegas atau santai, sedangkan EQ menolong anda menghadapi berbagai temperamen tersebut, sehingga anda mampu mengatasi diri sendiri maupun orang lain.”
Contohnya, seorang anak yang impulsive dengan EQ yang tinggi akan lebih dapat mengendalikan diri dari pada anak yang sejenis dengan EQ yang rendah; anak yang pemalu dengan EQ tinggi akan belajar memulai pendekatan sosial dalam lingkup kecil.
MELETAKKAN DASAR
Dasar EQ dimulai sejak lahir, kata Stanley Greenspan, seorang psikiater anak adalah :
1 BAYI BARU LAHIR. “Ketika matanya bertemu dengan mata anda, anda tahu bahwa ia sedang memperhatikan”, kata Greenspan. Saat itu ketika anda berdua saling memandang, berikan perasaan aman yang akan merupakan dasar untuk perkembangan.
2 DUA SAMPAI 6 BULAN. Gelitikan, mimik muka, dan interaksi lainnya yang menyenangkan membawa bayi pada perasaan percaya dan keintiman.
3 EMPAT SAMPAI 10 BULAN. Komunikasi dua arah melalui permainan meniru sederhana (anda melambaikan tangan, dia melambaikan tangan, anda melambaikan tangan lagi) merupakan cara dia mempelajari sinyal emosional: “Saya dapat membuat ayah melambaikan tangan!” Ini adalah dasar kemampuan intelektual dalam mempelajari hokum sebab-akibat dan untuk mulai memahami sinyal sosial dalam kehidupan, kata Greenspan.
4 SEPULUH SAMPAI 18 BULAN. Ketika interaksi mulai bertujuan dia akan memegang tangan anda, mengajak berjalan ke Lemari es untuk menyatakan dia ingin jus, perasaan “AKU”nya mulai timbul. Semakin diperjelas, semakin baik: “Kamu ingin minum jus dan kamu jelaskan pada saya bagaimana menyatakannya pada saya! Kamu adalah orang yang tahu bagaimana mendapatkan apa yang kau perlukan”.
5 DELAPAN BELAS SAMPAI 30 BULAN. Batita (Bawah tiga tahun) menyatakan emosi dalam bermain. Ketika anda menandai perasaan tersebut, dia dapat menghubungkannya dengan tingkah-lakunya : “Boneka itu begitu gembira karena kamu memeluknya!”
6 TIGA TAHUN LEBUH. Anak-anak lebih dapat menghubungkan antara perasaan dan idea kalau konsep dimasukkan pada konteks emosional, kata Greenspan. Daripada menyatakan “Tunjukkan saya yang mana mobil merah”, cobalah mengatakan “Warna mobil apa yang kamu senangi, merah atau biru? Saya menyulkai yang merah; itulah warna baju kesukaan saya.”
Intinya adalah untuk menimbulkan perasaan pada anak bagaimana ia memasukkan kesadaran emosional bersamaan dengan perkembangan perasaan fisik dan kemampuan intelektual. “Hal ini lebih penting dari yang kita perkirakan”, menurut Greenspans.
Itu disebabkan emosi bisa menolong proses belajar atau menempatkannya pada jalannya. Bayangkan seorang anak yang digertak saat istirahat. “Ketika kembali kekelas, Dia begitu marah dan frustasi untuk mampu berkonsentrasi. Dia menarik diri atau mencoba menarik perhatian, keduanya membuat pelajaran siang tersebut tidak masuk pada pikirannya”, Tetapi jika perasaannya diakui, dia akan lebih mampu mengikuti pelajaran.
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EQ
Psikolog pendidikan Anabel Jensen, seorang professor muda, memprioritaskan tiga kecakapan EQ yang paling penting:
1 PENGENDALIAN IMPULS (dorongan untuk bertindak).
“Sampaikan bahkan pada bayi bahwa kebutuhannya akan terpenuhi, tetapi bukan berarti segera: “Saya akan memberikan Jus untukmu, tapi saya harus ke kamar mandi dulu”. Pada anak berumur sekolah, latihan penundaan keinginan harus dilaksanakan:“Pernahkah anda perhatikan betapa impulsifnya kita semua? Marilah kita perhatikan apakah kita bisa menyadari diri kita sendiri: Adakah Peraturan Keluarga misalnya kita hanya boleh minum soda pada hari Jum’at, saya menaruh soda pada kulkas hari Senin. Marilah kita lihat apakah kita sendiri bisa menahan diri”.
2 OPTIMISME.
Jensen mengatakan pada anak-anak bahwa orang yang pesimis melihat kegagalan sebagai hal yang permanen dan meresap dan memandang dirinya tidak kuat; seorang yang optimis melihat kegagalan sebagai sesuatu yang sementara dan tertentu dan menanyakan dirinya, “Apa yang bisa saya kerjakan untuk mengatasinya”. Ketika keponakannya yang berumur 16 tahun gagal dalam test bahasa Inggris dan menyimpulkan, dengan sifat remaja yang berlebihan, bahwa dia gagal dalam hidupnya, Jensen menanyainya, “Apakah kamu sebelumnya pernah juga mendapat nilai buruk dalam bahasa Inggris? Tidak? Jadi kegagalan itu sementara. Apakah kamu juga gagal dalam bidang lain? Tidak? Jadi itu tertentu, hanya terjadi pada pelajaran bahasa Inggris. Berapa lama kamu belajar? Sepuluh menit? Kalau begitu kamu bukan tidak mampu!”
3 EMPATI.
Meskipun anak dibawah 7 tahun tidak dapat mengerti pandangan orang lain, Jensen menyarankan untuk berbicara seakan mereka mengerti. Pada akhirnya, pesan ini akan dimengerti: “Bagaimana perasaanmu ketika kamu sedang memainkan suatu mainan dan seseorang mengambilnya?
Pada anak Play group, Jensen mengatakan bahwa anda bisa bercakap-cakap agar mereka sadar secarae mosional, contohnya, “Apa pendapatmu tentang dirimu dikelompok? Apakah kamu orang yang langsung ikut bermain ataukah melihat-lihat keadaan dahulu?” Lalu tolonglah dia untuk menyadari dirinya dan memutuskan bagaimana akan bertindak: “Bukankah akan menarik untuk pergi ke pesta ulang tahun itu dan mencoba bertindak berbeda, untuk melihat bagaimana hasilnya nanti?
Jensen mengatakan orang yang dituntun dalam kesadaran emosionalnya sejak masa kecil tumbuh dengan kesadaran akan kekuatan dan kelemahannya, dan memilih pilihan yang lebih bertanggung jawab dan pantas.
“Secara keseluruhannya, bukan saja mendidik menjadi orang yang lebih baik” menurutnya “tetapi juga menjadikan dunia yang lebih baik”.
BAGAIMANA ORANG TUA DAPAT MEMBANTU
1 Hindari mengatakan kalimat ini: “Itu tidak sakit”, atau “Kamu tidak pantas marah!” anak boleh bersikap emosional; Yang tidak boleh adalah bertindak mencelakai diri sendiri atau orang lain.
2 Bicara mengenai perasaan kita sendiri adalah contoh yang bermanfaat. Gunakan kata “saya” jika anda bisa: “Saya merasa tidak enak kalau kamu berbicara dengan nada yang kasar”.
3 Buatlah pernyataan perasaan secara mudah dan lucu: Ambillah gambar wajah yang beremosi dari Majalah atau gambarlah yang sederhana di kartu tandai: Gembira, Sedih, Marah, Menangis. Tempelkan pada gagang dan ajaklah anak anda untuk menggunakannya dalam menyatakan perasaan.
4 Bicarakan perasaan jika mungkin. Bukan hanya memberi nasehat, tetapi juga menolongnya untuk tidak merasa sendiri/terkucil.
5 Jangan tunggu sampai ada kejadian menyakitkan untuk berbicara tentang perasaan.

1 komentar:

  1. The casino app is now available on Samsung Gear VR
    “The mobile app is now available on Samsung Gear VR 청주 출장샵 and Samsung Gear VR and features 천안 출장샵 a titanium tubing number 광주 출장안마 of unique features including a 충청남도 출장샵 full-

    BalasHapus