Kamis, 13 Mei 2010

Tugas Perkembangan Remaja

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I
Beberapa tugas perkembangan yg harus dilalui para remaja. tugas tersebut antara lain :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
2. Mencapai kemandirian secara emosi
3. Memperluas hubungan dengan tingkah laku sosial yang lebih dewasa
4. Mengetahui seta menerima kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki
5. Membentuk nilai moral sebagai dasar untuk berperilaku



Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Adapun ciri-ciri dari masa remaja antara lain pertumbuhan fisik yang cepat, emosi tidak stabil, perkembangan seksual sangat menonjol, cara berpikirnya kausalitas (hukum sebab akibat) dan terikat pada kelompoknya.
Karena masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa maka masa remaja adalah masa yang penting. Meskipun semua periode dalam perkembangan yang lain juga penting, tapi pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan dan perkembangan baik fisik, mental maupun perilaku. Perubahan dan perkembangan tersebut membutuhkan penyesuaian yang tepat dan perlu juga membentuk sikap, pola prilaku dan nilai-nilai yang baru. Oleh sebab itu masa remaja merupakan periode peralihan dan periode yang penting dalam rentang kehidupan.
Pada masa remaja ini ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui oleh para remaja. Dan apabila gagal menyelesaikan tahapan perkembangan pada usia yang sebenarnya maka akan berpengaruh pada tahapan perkembangan selanjutnya.
Tugas perkembangan dimasa remaja dibutuhkan perubahan sikap dan perilaku dari sifat kekanak-kanakan menuju ke sikap yang lebih dewasa lagi. Oleh karena itu terkadang hanya sedikit remaja yang dapat menguasai tugas-tugas perkembangan pada masa awal remaja. Selain itu terkadang juga remaja di satu sisis dianggap masih seperti anak kecil tapi di sisi yang lain remaja dituntut untuk bersikap seperti orang dewasa.
Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
Sebagian remaja sulit untuk menerima keadaan fisiknya. Mereka akan berusaha untuk meniru penampilan orang lain atau tokoh idola mereka. Sebagai contoh bila dirasa kulitnya tidak putih seperti idola mereka. Maka remaja akan berusaha membuat dirinya menjadi lebih putih.
Selain itu biasanya pada awal masa remaja beberapa remaja merasa canggung dengan perubahan fisik seperti tinggi badan, berat badan, porporsi tubuh dan mulai adanya tanda-tanda kelamin sekunder. Kecanggungan ini terjadi pada masa puber dan remaja awal. Setelah menginjak dewasa akhir maka rasa canggung tersebut mulai hilang.
2. Mencapai kemandirian secara emosi.
Dalam tahapan ini sering kali remaja dan orang tua mulai ada perbedaan pendapat. Dan juga kadang disertai perilaku membantah atau memberontak kepada orang tua. Masa remaja sering dianggap sebagai masa “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi mulai meninggi. Dalam penyelesaiannya seringkali remaja mencarinya di luar rumah. Mereka lebih percaya pada teman-teman yag bernasip sama dan sebaya dengan mereka.
3. Memperluas hubungan dan tingkah laku sosial secara lebih dewasa.
Tugas perkembangan yang paling sulit bagi remaja adalah membina hubungan sosial. Remaja haruslah mampu membina hubungan dengan lawan jenis dan dengan orang yang lebih dewasa di lingkungan sosial sekitar. Hal ini sulit dilalui remaja karena para remaja harus mengadakan banyak penyesuaian diri pada perubahan-perubahan sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai moral yang baru.
Dalam membina hubungan ini pengaruh dari komunitas yang sebaya sangat tinggi. Misalnya remaja yang memakai model pakaian tertentu yang sama dengan pakaian kelompok tertentu, maka kemungkinana remaja tersebut untuk diterima dikelompoknya semakin besar. Demikian pula dalam hal minuman keras, narkoba dan rokok. Sering kali remaja tidak meperdulikan untung ruginya yang terpenting dari mereka adalah dapat diterima oleh kelompok tertentu.
4. Mengetahui serta mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Apabila para remaja diberi pertanya tentang kelebihan dan kekurangannya maka seringkali jawaban yang diterima adalah berupa kekurangan yang dimiliki saja. Hal ini dapat mebuktikan bahwa terkadang remaja belum dapat mengenal kemanpuan yang telah dimilikinya. Sehingga apa yang telah di dapat selama ini terkadang remaja mengalami kesulitan dalam mempraktekkannya dalam dunia yang nyata.
5. Membentuk nilai-nilai moral sebagai dasar untuk berperilaku.
Yang harus dikuasai remaja dalam tahap perkembangan ini adalah bagaimana harus berperilaku sesuai dengan norma-norma dan moral dalam masyarakat dan sesuai dengan harapan sosial tanpa harus diberi arahan dan diawasi terus menerus oleh orang tua mereka. Dan juga diharapkan remaja dapat menbedakan mana batasan moral dan perilaku masa anak-anak dengan masa dewasa.
Para remaja tidak dapat begitu saja dapat menerima nilai moral dari orang-prang disekelilingnya. Seringkali nilai moral yang dipakai adalah berdasar konsep benar atau salah. Pembentukan nilai moral terasa sulit bagi mereka. Hal ini disebabkan karena ketidak konsistenan konsep benar dan salah dalam perilaku sehari-hari yang dijumpai. Ketidakkonsitenan inilah yang mengakibatkan remaja sulit untuk menentukan nilai moral yang tepat.

Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak
1. Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.
2. Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.
3. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
4. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
5. Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.
Pengaruh bermain bagi perkembangan anak
• Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
• Bermain dapat digunakan sebagai terapi
• Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
• Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
• Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
• Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak
Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak
A. Permainan Aktif
1. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.



2. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.
3. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.
4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.
5. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
B. Permainan Pasif
1. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
2. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
3. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.

KENAKALAN REMAJA DARI PERSPEKTIF ISLAM

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I
Kenakalan remaja (Juvenile Delinquence) adalah merujuk kepada perbuatan dan aktiviti remaja yang berlawanan dengan norma-norma masyarakat, undang-undang negara dan agama, seperti mencuri, merompak, merogol, berzina, membunuh, menagih dadah, mendurhaka kepada kedua ibu bapa dan seumpamanya. Perbuatan remaja dikatakan nakal kerana remaja dianggap belum matang, belum dewasa dan perbuatan yang mereka lakukan tidak dikenakan hukuman berat. Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka ialah remaja itu ditempatkan di pusat-pusat pemulihan akhlak dan diberi pendidikan khas.
Ahli-ahli sains sosial berbeda-beda pendapat tentang hukuman umur remaja. Ada yang mengatakan masa remaja di antara 10 – 18 tahun atau 12 tahun – 13 tahun. Menurut Islam, kanak-kanak mula dapat membedakan perkara yang baik dan buruk setelah mencapai mumayyiz yaitu berumur tujuh tahun. Pada ketika inilah ibu bapak atau penjaganya patut melatih anak mengerjakan ibadah yang wajib. Apabila anak mencapai umur baligh, mereka wajib melaksanakan semua perintah agama dan menjauhkan segala larangannya. Lingkungan baligh ialah mencapai umur 15 tahun atau anak lelaki sudah bermimpi bersetubuh dan anak perempuan telah keluar haid dalam umur antara 9 hingga 15 tahun.
TEORI TABIAT MANUSIA
Pakar psikologi konseling membuat berbagai teori untuk menjelaskan pembentukan tabiat manusia. Corey (1986) menyatakan beberapa teori penting yang menjelaskan tentang tabiat itu ialah:
Pertama: Teori Psikoanalisis yang diasaskan oleh Frued. Teori ini menyatakan tabiat manusia pada asalnya jahat karena dipengaruhi oleh unsur-unsur rangsangan seksual, kuasa agresif dan tidak rasional yang wujud dalam diri manusia bagi tujuan menjaga survival perkembangan hidupnya. Unsur-unsur itu bertindak di dalam diri manusia secara membabi buta (tidak sadar). Kombinasi unsur-unsur itu dan konflik hidup semasa kecil yang tidak dapat diselesaikan pada masa itu akan menjadi puncak dan penentu tabiat anak pada masa depan.
Kedua: Teori Analisis Transaksi: Teori ini menerangkan tabiat manusia terbentuk hasil daripada skrip hidup yang ditentukan oleh ibu bapak. Semasa kecil anak akan merekam secara langsung apa saja percakapan dan perbuatan yang ditayangkan oleh ibu bapak kepada mereka. Konflik akan berlaku apabila anak itu mencoba menilai semula skrip hidup yang lama atau menerbitkan skrip hidup yang baru hasil daripada perkembangan emosi fikirannya dan pengaruh lingkungan.
Ketiga: Teori Behaviorisma: Menurut teori ini tabiat dan tingkah laku manusia terbentuk hasil daripada proses pembelajaran dan evolusi lingkungan. Tabiat manusia menjadi masalah apabila mereka menerima pembelajaran dan lingkungan yang salah, walaupun mereka sendiri yang mencipta sistem pembelajaran atau membentuk lingkungan.
Keempat: Teori Pemusatan Klien: Teori ini membuat perkiraan bahwa tabiat manusia semula jadinya baik, rasional, bertanggungjawab dan berusaha mencapai kesempurnaan diri. Walau bagaimanapun manusia juga cenderung menjadi kecewa dan bermasalah apabila keperluan mencapai kesempurnaan diri dihalang seperti gagal mendapat kasih sayang, keselamatan dan lain sebagainya.
Kita ketahui bahwa pandangan teori konseling barat tentang tabiat manusia adalah sebagian dari pandangan Islam. Mereka mengkaji tabiat manusia dari aspek luarnya saja dengan merujuk kepada factor lingkungan, proses pembagian, kemahiran ibu dan bapak dan keperluan jasmani. Keadaan ini berlaku karena mereka tidak dibimbing oleh al-Quran, dan kajian itu dibuat berdasarkan latarbelakang kehidupan masyarakat di barat.
Sebagai contoh, walaupun pendapat Frued dikritik hebat tentang tabiat manusia, tetapi teorinya adalah berkaitan dengan perasaan nafsu Ammarah yang mewakili unsur kehewanan atau keperluan jasmani manusia.
Dari segi pendekatan Islam, Muhammad al-Jiasi (1976) menyatakan: terdapat empat peringkat nafsu yang mempengaruhi tabiat manusia yaitu:

a. Nafsu Ammarah: Nafsu yang sentiasa mendorong manusia melakukan kejahatan. Bagi mereka yang berada diperingkat ini tidak merasakan perbedaan antara yang baik dan jahat. Apabila seseorang itu melakukan kejahatan, ia tidak menyesal dan sebaliknya, juga apabila melakukan kebaikan, ia tidak gembira.
b. Nafsu Lawwamah: Nafsu yang mula menunjukkan kelemahan diri, menilai tabiat masa lampau dan bersedia keluar untuk memulai kehidupan yang positif.
c. Nafsu Mulhamah: Nafsu yang sudah menerima kebenaran dan keinsafan serta merasa senang membuat kebaikan dan benci kepada kejahatan.
d. Nafsu Mutmainnah: Nafsu yang mencapai kedamaian dan kebahagiaan. Nafsu ini berusaha terus untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam dirinya.
Pada prinsipnya nafsu itu adalah mewakili dua keperluan naluri manusia yaitu naluri kehewanan (jasmani) dan rohani (wahyu). Kadang kala ada pertarungan sengit antara dua naluri itu untuk mempengaruhi hati manusia.
Seorang ahli falsafah akhlak Islam, Ibnu Maskawaih menyatakan pertemuang nafsu dalam diri manusia menghasilkan tiga peringkat tabiat manusia.
a. Manusia yang baik tabiatnya. Manusia yang baik tabiatnya tidak akan berubah menjadi manusia yang jahat;
b. Manusia yang jahat tabiatnya. Manusia dalam kategori ini tidak akan menjadi baik kerana memang pembawaannya sudah jahat.
c. Manusia yang berada dipertengahan tabiatnya. Golongan ini boleh berubah menjadi baik atau jahat bergantung kepada pendidikan dan lingkungan yang diterimanya.
Konsep Diri Remaja
Kadangkala orang mengambil sikap lepas tangan dan membiarkan anak mereka melintasi alam remaja berjalan begitu saja tanpa mau tahu pergolakan yang dihadapi oleh anak mereka. Orang tua perlu mengetahui bahwa masa remaja ialah masa peralihan zaman dari alam anak-anak menuju alam dewasa. Pada masa ini anak-anak tidak lagi dianggap anak-anak dan tidak juga orang dewasa.
Peralihan zaman alam anak-anak menuju alam dewasa adalah suatu masa yang penting kepada remaja karena pada masa ini mereka akan menentukan konsep dirinya atau siapakah diri aku atau suatu proses menentukan konsep jati diri pada dirinya. Rogers (1985) menyatakan antara perubahan nyata yang ada pada akhir masa remaja ialah:
a. Perubahan pada fisikal ; Bagi anak lelaki didapati mengalami perubahan jelas pada jasmani di mana anggota badan kelihatan mula gempal dan tegap. sedangkan pada gadis mulai menampakkan sifat-sifat kewanitaannya seperti datang haid, buah dada membesar, pinggang mula ramping dan punggung melebar. Apabila sampai pada peringkat akhir remaja simbol-simbol daya tarikan seks mulai kelihatan dan diiringi juga rangsangan seksual yang mula meningkat.
b. Perubahan Emosi dan Fikiran ; Pada remaja, perasaan dan fikiran anak lelaki lebih stabil karena mereka tidak lagi anak-anak. Pada zaman anak-anak skrip hidup hariannya ditentukan oleh orang tua dan kita jumpai perbuatan mereka dibuat secara spontan tanpa dipengaruhi oleh fikiran dan emosi. Apabila anak melangkah ke alam remaja, ia mula pandai berfikir, menilai perasaan, mengkaji skrip hidup orang tua, mencoba sesuatu yang baru dan berkhayal tentang keindahan dunia kehidupan orang dewasa yang sukar dicapai baginya. Perubahan emosi dan fikiran ini menimbulkan kegelisahan pada remaja karena untuk berdikari mereka tidak mampu dan untuk mengikuti jejak langkah orang dewasa juga tidak mampu. Keadaan ini menimbulkan konflik nilai dalam dirinya. Mereka mengalami rasa gembira dan kadangkala kesepian, berkahayal dengan orang yang dikaguminya, dan cenderung mencontohkan dalam berbagai hal, seperti cara berpakaian, cara bergaul dan cara berfikir. Orang yang dikagumi yang akan dicontohi kemungkinan terdiri dari penyanyi populer, artis populer, pelawak, tokoh ulama, tokoh politik, dan sebagainya. Ini bergantung kepada pengajaran yang diterima oleh remaja itu.
c. Narcisma; Narcisma adalah merujuk kepada mencintai dan ingin dicintai untuk mendapatkan kasih sayang pada diri sendiri. Pada masa anak-anak, perasaan cinta dan dicintai di tujukan kepada orang tua atau keluarga. Apabila anak itu mencapai remaja, perasaan narcisma ini memuncak karena remaja mengalami rasa kesepian (Emotional Vacumm) yang hebat daripada peralihan masa untuk mandiri dan memperluaskan teman sosial yang sesuai.
Narcisma amat kuat bentuknya pada gadis remaja karena perempuan dari segi biologinya bersifat pasti di mana ia memerlukan seseorang untuk membantu dan membimbingnya keluar dari rasa kesepian itu. Berdasarkan faktor inilah kita dapati aktivitas bercinta dan faktor tukar pasangan di kalangan remaja adalah lumrah, tetapi gadis remaja lebih dulu terlibat dengan aktivitas bercinta berbanding dengan remaja lelaki yang sebaya dengan umurnya.
Jika narcisma ini digunakan secara positif maka remaja akan menentukan dirinya tidak mudah dieksploitasi oleh orang lain. Sekiranya narcisma di salah gunakan karena remaja mempunyai konsep diri yang salah atau kelalaian orang tua memberi kasih sayang maka remaja akan memburu narcisma di luar untuk memenuhi rasa kesepian seperti menghisap ganja, mengikut geng, berpesta pora, berzina, cinta teman sejenis dan lainnya.
Dalam aktivitas narcisma ini perempuan lebih mudah menjadi mangsa dengan bujukan dan rayuan lelaki kerana ia bersifat pasif.
d. Menyertai Kumpulan
Perubahan emosi dan fikiran remaja telah mendorongkan remaja memperluaskan dan memperbesarkan teman sosialnya. Mereka memperluaskan teman sosial ini dengan cara menyertai kumpulan tertentu atau membentuk kumpulan baru berdasarkan umur sebaya, hobi yang sama, prinsip hidup yang sama atau taraf sosial yang sama.
Adalah perkara biasa kita lihat kelompok remaja mempunyai identitas tertentu seperti menggunakan bahasa yang aneh, pakaian yang unik, tertarik dengan aktivitas yang menantang dan sebagainya. Penyertaan remaja dalam kelompok sama ada kelompok kecil atau besar adalah tanda perubahan yang sehat dalam pertumbuhan mentalnya. Walau bagaimanapun, jika penyertaan dalam kelompok itu disalahgunakan, maka ia akan menyeret remaja dalam aktivitas yang bertentangan dengan agama dan undang-undang.
Pada masa remaja inilah kita dapati orang tua sering mempunyai pendapat yang berbeda dengan pandangan teman sebaya dalam usaha memberi bimbingan dan pendidikan terhadap anak remaja itu.
e. Menentang Kekuasaan
Orang tua kita selalu mengingatkan bahwa masa remaja adalah masa pancaroba karena remaja sedang mencari jalan untuk mandiri dan bebas dari kongkongan orang tua. Biasanya remaja merasa bahwa kuasa yang ada pada orang tua, guru-guru dan orang dewasa terlalu kuat yang boleh menghalangi pencapaian cita-cita mereka. Perbedaan besar pendapat dan gaya hidup remaja dengan orang tua, orang dewasa dan guru akan mencetuskan permusuhan karena remaja menganggap bantahan itu merendahkan harga diri mereka yang memang telah sedang bergelora. Oleh karena itu apabila ada perselisihan, remaja akan mencari teman sebaya mereka atau mereka bertindak nekad melakukan kejahatan untuk membuktikan kepada orang tua atau orang yang lebih tua bahwa mereka bisa mandiri atau mampu melakukan apa yang orang dewasa lakukan.
Sebenarnya pencarian konsep diri telah dimulai sejak anak masih kecil, tetapi pada masa remaja mulai kelihatan menonjol karena remaja mula pandai belajar berfikir dan menggunakan emosinya hasil daripada interaksi dengan dunia luar, yaitu ibu bapak, teman sebaya dan lingkungan. Masa remaja sendiri penting bagi perkembangan konsep diri karena pada masa inilah remaja mengalami proses pemurnian dan sekaligus mengalami perubahan. Bagi kebanyakan remaja, proses pemurnian konsep diri berjalan lancar, tetapi mereka yang jauh menyimpang dari pemurnian itu, pertumbuhan hidupnya akan menghadapi masalah, yaitu manusia yang kotor pribadinya.
Faktor Kenakalan
Berdasarkan pandangan Islam dan ditunjang teori psikologi konseling barat, puncak kenakalan remaja bisa dibagi menjadi empat faktor:
Pertama : Faktor keluarga
Akhlak anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebagian besar masanya berada dalam lingkungan keluarga. Ini menunjukkan perkembangan mental, fisikal dan sosial adalah di bawah kawalan ibu bapak atau tunduk kepada peraturan hidup yang berlaku dalam sebuah rumah tangga. Oleh karena itu jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncaknya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri. Isu pembawaan keluarga itu ialah;
a. Status ekonomi orang tua yang rendah dan lemah, di mana anak tumbuh besar dalam keadaan terbiar.
b. Kehidupan orang tua yang bergelimang dengan maksiat.
c. Orang tua lebih mementingkan pekerjaan daripada menjaga kebaikan keluarga.
d. Rumah tangga yang tidak kokoh atau bercerai berai.
e. Syiar Islam tidak kokoh dalam rumah tangga.
Kedua : Faktor Peribadi Yang Kotor.
Pribadi yang jelek adalah merujuk kepada seseorang yang rusak akhlaknya atau mempunyai sifat-sifat yang keji (mazmumah) seperti pemarah, tamak, dengki, pendendam, sombong, tidak amanah dan sebagainya. Keadaan ini berlaku karena individu itu telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu kehewanan, hasil daripada pendendam dan pengalaman yang diterima sejak kecil. Pribadi yang kotor mungkin telah dimulai sejak kecil dan kemudian diperkuat lagi bila anak itu melewati masa remaja. Dengan lain perkataan pribadi fitrah anak telah tercetak dan menjurus kepada pribadi yang kotor.
Ketiga : Faktor sekolah.
Sekolah merupakan tempat memberi pengajaran dan pendidikan kedua kepada anak setelah orang tua. Faktor sekolah yang bisa mempengaruhi anak ialah:
a. Disiplin sekolah yang longgar.
b. Orang tua tidak mau tahu kemajuan dan prestasi anak di sekolah.
c. Guru tidak mau tahu masalah yang dihadapi oleh siswanya.
Keempat : Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah merujuk kepada peranan masyarakat, multi-media dan pusat-pusat hiburan yang menyediakan berbagai produk yang bisa menggalakkan dan meningkatkan rangsangan seksual.
Aktivitas faktor lingkungan yang bisa merusak akhlak manusia ialah:
a. Pertunjukan konsert rock
b. Pusat-pusat video game
c. Pengangguran
d. Pergaulan bebas lelaki dan perempuan
e. Penyiaran gambar lucu
f. Pertumbuhan pusat-pusat hiburan yang berunsur seks
g. Aktivitas simbol seks seperti pertandingan ratu cantik dan pertunjukan fashion wanita.
Rawatan Kenakalan
Persoalan yang timbul kepada orang tua atau pihak pemerintah ialah apakah kaidah terbaik yang digunakan dalam Islam dalam mengatasi kenakalan di kalangan remaja. Dalam Islam kita dapati bahwa Allah telah menurunkan dua puluh lima Rasul bertujuan membimbing dan membantu manusia supaya hidup mengikut fitrah. Wawasan agama Islam diturunkan adalah untuk membentuk akhlak manusia sebagai usaha meneruskan kesinambungan fitrah keadaan manusia. Akhlak mulia adalah perasaan semula jadi manusia (fitrah). Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaiknya.” (Surah Al-Tiin:4)
Ketika menjelaskan perkara yang sama Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Setiap anak yang dilahirkan adalah putih bersih, maka kembali kepada kedua ibu bapaknya untuk meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya.” (Riwayat Bukhari)

Sejarah Rasulullah s.a.w. membebaskan penduduk arab Jahiliyah daripada kongkongan dan belenggu nafsu kehewanan memberi satu pengajaran penting tentang pembentukan akhlak manusia. Antara kaedah yang digunakan oleh Rasulullah s.a.w. adalah program bina insan dan kemahiran orang tua. Kaedah bina insan ini meliputi:
PERTAMA: Kaedah Pendidikan Hati
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam diri manusia terdapat dua naluri yang berlainan sifatnya yang selalu bersaing untuk mempengaruhi tabiat manusia. Dua naluri itu bersaing untuk menunjuk dan mempengaruhi hati. Imam Ghazali menyatakan, hati dalam tubuh manusia diibaratkan sebagai Maharaja yang mengarahkan dan mengawal tabiat manusia. Manakala Frued dalam teori konselingnya menyatakan “hati dalam diri menusia dikenali sebagai ‘Super ego’”. Dia menjadi perantaraan seolah-olah ‘jalan Sutra’ (Silk road) yang bertindak sebagai pembuat keputusan tabiat manusia baik atau buruk, betul atau salah.
Penemuan Frued itu adalah menyokong pendapat yang telah lama dikemukakan oleh Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya dalam jasad manusia itu terdapat segumpal daging apabila baik ia, maka baiklah seluruh badan. Jika rusak ia maka rusaklah seluruh badan. Itulah hati.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hati itu sesuatu yang ada di dalam dada yang berbentuk zat (bukan material). Ia harus diisi dengan sesuatu. Bila Allah mengisinya, maka orang itu menjadi baik. Jika syaitan mengisinya, orang itu menjadi jahat. Oleh karena itu apabila kita berzikir berarti hati kita diisi dengan Allah, sentiasa bersama Allah dan tidak memberi tempat langsung kepada syaitan mempengaruhinya. Allah berfirman:
“Dan siapa yang tidak mengindahkan pengajaran (Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah) Yang Maha Pemurah, Kami akan adakan baginya syaitan (yang menghasut dan menyesatkannya) lalu menjadilah syaitan itu temannya yang tidak renggang daripadanya” (Surah Al-Zukhruf:36)
Ternyata bahwa pendidikan hati secara berzikir sepanjang masa adalah kaidah berkesan untuk membersihkan hati hati supaya bebas dari gangguan syaitan. Allah telah memberi jaminan bagi orang yang bersih hatinya
Zikir-zikir yang paling baik diamalkan ialah lafaz:
a. Subhanallah
b. Alhamdulillah
c. Allahuakhbar
d. Lailahaillallah
e. Walahaulawalaquwatailla billahilaliyuladzim
Dalam Islam. Lima zikir ini dikenali sebagai “Albaqiyyatussholihat’ dimana amalannya bisa memberi pahala di akhirat. Pembersihan hati amat penting kepada manusia untuk membentuk keinsafan dan kesadaran diri supaya berlaku jujur, membuat baik kepada dua orang tua, memelihara kesucian diri, kasih sayang dan mendekati kepada aktivitas terpuji yang lain.
KEDUA: Kaedah Menghayati Ibadat Khusus
Ibadah khusus seperti sembahyang, puasa, zakat dan haji yang difardhukan kepada umat Islam bertujuan melatih dan membentuk manusia supaya kekal dalam kaedah fitrah. Diantara ibadah khusus ini, sembahyang merupakan ibadah yang terpenting dalam pembentukan akhlak manusia. Allah berfirman:
“Sesungguhnya sembahyang itu boleh mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.” (Surah Al-Ankabut:45)



Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
“Sesungguhnya berjayalah orang yang beriman yaitu mereka yang khusyu’ dalam sembahyang.” (Surah Al-Mu’minun:1-2)
Ibadah sembahyang dianggap senjata terpenting dalam pembentukan akhlak manusia berdasarkan keterangan berikut:
a. Rasulullah s.a.w. menerima sendiri perintah sembahyang fardhu ketika menghadap Allah pada waktu Israk-Mikraj. Ibadah lain hanya diterima melalui perantaraan Malaikat Jibril;
b. Rasulullah s.a.w. mensifatkan sembahyang adalah tiang agama. Apabila seseorang tidak menunaikan sembahyang bererti orang lain tidak dapat membedakan seseorang itu Islam atau kafir. Keadaan ini memberi ruang kepadanya melakukan perbuatan keji.
c. Rasulullah s.a.w. telah berpesan bimbinglah akhlak anak sejak kecil dengan cara membantu dan melatih anak bersembahyang bila ia berumur tujuh tahun. Oleh itu apabila anak mencapai umur 10 tahun dan masih kelihatan enggan untuk mendirikan sembahyang maka pukullah anak itu dengan tidak mencederakannya atau membahayakannya.
d. Sembahyang adalah sebagian dari pada zikir. Berdasarkan faktor inilah ibadah sembahyang difardhukan disepanjang masa baik dalam keadaan sehat atau sakit.
KETIGA: Kaedah Qiyamullail
Qiyamullail adalah merujuk kepada amalan ibadah yang dibuat di sepanjang malam atau separuh malam dengan mengerjakan ibadah tertentu seperti sembahyang sunat, berzikir, bertahlil, membaca al-Quran dan beristighfar. Ibadah ini merupakan amalan sunat bagi individu yang mampu melaksanakannya. Program Qiyamullail amat berkesan ke arah peningkatan ketaqwaan seseorang. Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Kerjakanlah solat malam, sebab itu adalah kebiasaan orang-orang soleh dahulu sebelum daripada kamu, juga satu jalan untuk mendekatkan dirimu kepada Tuhan-mu, juga sebagai penebus keburukan-keburukanmu, pencegah dosa serta dapat menghalaukan penyakit dari badan.” (Riwayat Al-Tirmizi)
Melalui penjelasan di atas menunjukkan program bina insan amat penting kepada anak-anak dan orang tua sendiri untuk menjamin kesinambungan fitrah. Sebenarnya manusia telah membuat perjanjian dengan Allah untuk taat kepada-NYA adalah sama seperti binatang yang buruk (hidup melata) di atas muka bumi. Allah berfirman: “Bukankah Aku Tuhan kamu” Roh-roh manusia menjawab: “Benar,(Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi.” (Surah Al-A’raf:172)
Kesan dialog perjanjian ini ialah manusia wajib mentaati dan beribadah kepada Allah, karena itulah cara untuk meletakkan taraf manusia di sisi Allah yaitu sebagai khalifah Allah. Allah mensifatkan manusia tidak beriman atau tidak mau beribadah kepada Allah adalah sama seperti binatang yang buruk (hidup melata) di atas muka bumi, Allah berfirman:
“Sesungguhnya sejahat (Makhluk) yang melata di sisi (hukum dan ketetapan) Allah ialah orang-orang yang kafir (yang tetap dengan kekufurannya) sebab itu mereka tidak (mau) beriman.” (Surah Al- Anfaal: 55)
Kemampuan orang tua
Al-Quran dan Hadis telah memberi garis panduan umum berhubung dengan kemampuan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua adalah pemimpin dalam rumah tangga. Sebagai pemimpin dalam rumah tangga, mereka perlu mengetahui dan menguasai kemampuan tertentu. Kemampuan orang tua yang digariskan oleh Islam ialah:
a. Orang tua hendaklah berlaku adil, menjaga kebajikan dan suka memaafkan ahli keluarganya.(Surah Al-Nahl:90)
b. Bersikap lemah lembut dan memberi pertolongan dan bimbingan. Kalau kekerasan digunakan, maka orang akan menjauhkan diri daripada kita.(Surah Ali’-imran:159)
c. Orang tua jangan menjadi kecewa dengan sikap anaknya dan anak pula jangan menjadi sengsara karena perbuatan orang tuanya.(Surah Al-Baqarah:233)
d. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang berakhlak mulia dan berlemah lembut dengan ahli keluarganya.(Riwayat Al-Tirmizi dan Al-Hakim)
Berdasarkan pandangan Islam dan pendapat ahli psikologi konseling barat, kemampuan orang tua yang perlu dikuasai ialah:
a. Model Orang tua Yang Salih
Orang tua yang salih adalah merujuk kepada Orang tua yang taat menghayati ajaran Islam. Orang tua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada anak-anak. Zakiah Darajat (1983) menyatakan: ‘yang dimaksudkan dengan pendidikan agama bukanlah pendidikan agama yang diberi oleh guru-guru di sekolah saja, yang penting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, semenjak anak masih kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku dan aktivitas yang baik. Walau bagaimanapun, amat disayangkan terdapat Orang tua yang tidak mengerti ajaran agama yang dianutinya, bahkan banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu malah ajaran agama tidak dilaksanakan langsung. Apabila tidak mengenali ajaran agama, maka lemahlah hati nuraninya. Jika hati nuraninya lemah, kontrol hatinya juga lemah.’
Orang tua yang salih adalah Orang tua yang cemerlang. Maka Orang tua perlu mengambil daya usaha untuk mengadakan secara sendirian program bina insan dari waktu kewaktu dalam rumah tangga. Adalah menjadi perkara yang rumit apabila anak telah menjadi jahat tabiatnya barulah Orang tua sibuk ke sana ke mari untuk mencari jalan keluar. Untuk menjauhi anak menjadi jahat tabiatnya maka Orang tua hendaklah membiasakan dan melatihkan anak mengamalkan sifat-sifat terpuji seperti tolong menolong, jujur, menghormati orang tua, kasih sayang, malu, berbuat kebajikan dan sebagainya.

b. Mendisiplinkan Anak Dengan Kasih Sayang
Disiplin adalah merujuk kepada kaidah untuk melatih dan mempastikan anak mematuhi peraturan tertentu. Disiplin bukanlah bermakna menggunakan kekerasan. Satu kesalahan besar Orang tua yang mendisiplinkan anak dengan memakai cacian, kutukan dan kekerasan karena perbuatan itu dianggap menghukum anak secara mental, fisikal dan akan merendahkan harga diri anak. Cara paling baik mendisiplinkan anak ialah dengan kasih sayang. Orang tua perlu secara tegas memberitahu anak bahwa Orang tua lebih merasa senang, gembira, ceria dan sukacita jika anak melakukan sesuatu perkara positif. Anak juga perlu dilatih berbuat kebajikan, dan pada waktu yang sama ganjaran atau pujian perlu diberi bila anak membuat kebaikan sebagai usaha memperkukuhkan tingkah laku positif.
c. Terima Anak Tanpa Syarat
Walau si anak jahat sekalipun, Orang tua wajib memberi bimbingan dan menjaga kebajikannya. Ada Orang tua yang mengusir anak, tidak mengaku anak atau mencelakakannya apabila anak itu melakukan kejahatan. Tindakan Orang tua ini adalah bertentangan dengan Islam karena hubungan nasab antara Orang tua dengan anak masih ada. Kesediaan anak pulang menemui Orang tua membimbingnya ke arah jalan yang benar. Orang tua yang cemerlang adalah Orang tua yang memberikan sendiri konseling terhadap anak yang bermasalah. Langkah konseling itu bisa dengan cara:
i Wujudkan suasana akrab dan mesra supaya anak tidak merasa takut untuk mengungkapkan perasaan kepada Orang tua
ii Minta si anak memberi penjelasan tentang latar belakang masalah yang terjadi
iii Mendengar dengan penuh perhatian penjelasan anak dan sekali-sekali bertanya untuk mendapatkan gambaran dan mengenal pasti masalah yang dihadapi oleh anak;
iv Meminta anak memberi pendapat sendiri bagaimana cara untuk mengatasi masalah itu dan kesiapan yang ia mampu untuk melaksanakannya; dan
v Jika didapati anak telah kehabisan cara atau menyesal atas kesalahannya, Orang tua bisa meminta anak berjanji tidak melakukan lagi perbuatan yang tidak baik itu.
d. Mempunyai waktu Bersama Anak
Kesibukan terhadap pekerjaan sehingga mengabaikan kebaikan sosial keluarga adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Orang tua apabila sudah tua memerlukan pertolongan kebaikan anak dan dibalik itu juga anak ketika masih kecil amat memerlukan perhatian dan kasih sayang Orang tua. Keinginan anak untuk berbincang-bincang, bermesra dan bermain bersama dengan Orang tua seolah-olah anak menghulurkan tangan untuk meraih kasih sayang. Apa yang penting ialah kualitas waktu yang diperlukan. Kesempatan terbaik bagi Orang tua untuk memenuhi masa senggang bersama anak ialah sembahyang berjemaah, makan bersama, membaca al-Qur’an bersama, dan sebagainya. Hubungan akrab Orang tua dan anak akan memudahkan anak taat perintah Orang tua, karena telah terbentuk perasaan saling hormat antara satu sama lain.
e. Peka terhadap Pergerakan Anak
Orang tua perlu bijak membaca setiap pergerakan anak. Simbol atau isyarat tertentu bisa memberi gambaran tahap perkembangan anak. Tingkah laku anak yang perlu diperhatikan oleh Orang tua ialah:
i Teman sebaya anak dan aktivitasnya
ii Fesyen pakaian, rambut, dan keadaan fisiknya
iii Tingkah laku non-verbalnya seperti keceriaan, kesedihan, pendiam dan sebagainya
iv Kemampuan anak membedakan perbuatan yang baik dan buruk
v Siapakah yang lebih berpengaruh antara Orang tua atau teman sebaya terhadap dirinya; dan
vi Keupayaannya untuk berdikari.
Kemampuan ini amat penting untuk Orang tua kuasai supaya tingkah laku mereka tidak menjadi tabiat jahat.
f. Jangan Salah memberikan Hak
Dalam proses pertumbuhan dan pembesaran, anak memerlukan rasa selamat, aman dan rasa di terima dalam keluarga.
Dalam pergaulan sehari-hari, kadang kala timbul pertengkaran diantara orang tua dengan anak karena masing-masing mencoba mempertahankan diri atau mencari siapa yang menang. Dalam hal ini Orang tua perlulah menggunakan hak untuk mencari kemenangan, karena ia bersifat lebih positif dan menambahkan lagi penghormatan anak terhadap Orang tua. Orang tua hendaklah berbinara dan memberi alasan-alasan yang seimbang secara baik mengapa Orang tua menolak sesuatu permintaan anak. Penyalahgunaan hak Orang tua terhadap anak menyebabkan anak membuat tanggapan bahwa kehadirannya dalam keluarga adalah tidak dikehendaki dan tidak berguna.
g. Kesabaran
Satu lagi kemampuan yang perlu ada bagi Orang tua ialah bersabar. Tiap-tiap anak walaupun dalam satu keluarga, mempunyai personaliti yang unik dan berbeda-beda. Orang tua tidak boleh menasehati dengan mencaci, memarahi dan mengutuk anak karena anak tidak dapat membaca dan memahami kehendak Orang tua. Dalam Islam, kesabaran adalah salah satu tanda beriman.
Kesalahan Memberi bimbingan Dan Kaunseling
Abu Said al-Khudri meriwayatkan satu kisah yang diberitahu oleh Rasulullah s.a.w. kepadanya. Diriwayatkan pada zaman dahulu kala terdapat seorang yang paling banyak dosanya kerana telah membunuh seramai 99 orang. Dia mau bertaubat dan mencari seseorang yang bisa menerangkan hukum bolehkah dia bertaubat. Dia telah menemui seorang pendeta dan bertanya bahwa dia sudah membunuh manusia seramai 99 orang, bolehkah ia bertaubat?. Pendeta itu lantas menjawab ‘tidak boleh’. Maka pendeta itu dibunuhnya menjadikan mangsanya sebanyak 100 orang. Kemudian dia mencari lagi orang yang paling alim dan ditunjukkan orang alim itu ia sudah membunuh 100 orang, maka masih bisakah ia bertaubat. Orang alim itu menasihatinya “pindahlah kamu ke kampung itu karena penduduknya menyembah Allah dan kamu sembahlah Allah bersama mereka dan jangan kamu kembali lagi ke kampung kamu karena penduduknya jahat.”
Maka berangkatlah orang itu ke kampong itu. Dipertengahan jalan dia meninggal dunia. Maka bertengkarlah dua Malaikat yaitu Malaikat Rahman dam Malaikat Azab.apakah termasuk orang baik atau jahat. Malaikat Rahman menyatakan si mati sudah bertaubat, manakala Malaikat Azab pula berkata si mati tidak ada amal kebajikan. Kemudian turun malaikat lain untuk menjadi orang tengah dengan cara mengukur jarak jauh kampung asalnya dengan kampung itu. Keputusannya didapati orang itu mati lebih dekat dengan kampung itu. Maka ia dimasukkan sebagai seorang ahli Syurga.
Pesan penting dalam kisah ini ialah:
a. Kesalahan memberi bimbingan akan mempengaruhi perasaan seseorang sehingga pendeta dibunuh karena gagal menghilangkan gelojak emosinya atau perasaan marahnya;
b. Bergaul atau tinggal di kawasan orang-orang beriman cara yang baik untuk memperbaiki akhlak; dan
c. Taubat orang tersebut diterima Allah.
Hidayah Allah
Hidayah Allah adalah juga faktor penting mempengaruhi pemulihan dan kemurnian akhlak seseorang. Nabi Nuh a.s. tidak bisa membujuk isteri dan anaknya memeluk Islam. Begitu juga Rasulullah s.a.w. tidak membujuk pamannya Abu Talib kembali ke pangkuan Islam. Allah berfirman:
“Sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada siapa yang engkau kasihi (supaya ia menerima Islam) tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya, dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.” (Surah Al-Qasas: 56)
Walau bagaimanapun kita lihat Saidina Umar berjaya memeluk Islam apabila mendengar ayat-ayat al-Qur’an, walhal Umar sebelumnya terkenal dengan perangai jahiliyahnya.
Manusia adalah sebaik-baik kejadian, berakal, selalu berfikir, menyelidik dan menetukan keputusan pemikiran baik, maka baiklah perbuatannya. Tetapi bila jalan pemikirannya salah, maka akan salahlah perbuatannya. Orang yang baik dan benar jalan pemikirannya maka orang itu dikatakan mendapat hidayat dari Allah. Maka apabila salah jalan pemikirannya hingga melakukan kejahatan maka ia tidak mendapat petunjuk Allah. Oleh karena itu Orang tua hendaklah selalu berdoa kepada Allah untuk mendapatkan petunjuk Allah selain mengamalkan perintah Allah yang lain.

Penutup
Mendidik dan membimbing anak bukanlah perkara mudah. Orang tua hendaklah terus menerus tanpa berputus asa dalam membentuk akhlak anak. Langkah penting bagi Orang tua dalam meneruskan kesinambungan fitrah akhlak anak ialah memberi pendidikan agama dimulai sejak kecil. Langkah ini bisa menjamin supaya penerusan akhlak fitrah tidak hilang apabila ia telah menempuh masa remaja. Walaupun terdapat sedikit kelemahan tetapi dengan adanya pendidikan agama yang kukuh, maka anak itu mampu menepis naluri kehewanan yang mencoba mempengaruhinya atau sekurang-kurangnya boleh menjauhi anak dari menjadi jahat tabiatnya. Oleh karena itu perlu kembali kepada tradisi asal dalam membentuk pribadi anak seperti yang diamalkan oleh Rasul-rasul, Nabi-nabi dan para Wali di mana mementingkan pendidikan agama sebagai penerus kesinambungan fitrah kejadian manusia. Orang tua tidak boleh menyalahkan pemerintah, masyarakat dan sekolah semata-mata sebagai cara membela diri apabila anak menjadi jahat tabiatnya. Orang tua perlu menyalahkan diri sendiri karena ini adalah langkah positif untuk menilai peranannya bagaimana agar dapat menjadi menjadi Orang tua yang cemerlang.

BAGAIMANA CARA MENGEMBANGKAN EMOTIONAL INTELLIGENCE (KECERDASAN EMOSI) ANAK

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I
Tiap tahun, menjelang musim hujan, sebelum hujan turun, Guru play group Fatimah meminta orang tua murid mengirimkan jas hujan anaknya. Untuk minggu selanjutnya, dia menolong murid berumur 3 tahun untuk mengenakan jas hujan.
Sang guru terus menerus menyemangati, menghadapi kesulitan dan frustasi muridnya sampai semuanya bisa mengenakan jas hujan sendiri.
Latihan itu membawa hasil ketika hujan turun, tetapi untuk Fatimah, ini bukan sekedar mengajarkan kemandirian. Dia mengajarkan Emotional Intelligence atau E.Q (kecerdasan Emosi).
Bagaimana?
EQ merujuk ke kemampuan sosial atau emosional seseorang dalam kemampuan membina hubungan dan perasaan sensitive (empati) pada diri sendiri maupun orang lain. Akhir-akhir ini EQ ramai menjadi topik, tetapi konsep EQ telah ada puluhan tahun sebelumnya; seseorang yang pernah menjalani konsultasi pasti mengalami, dan banyak orang tua melaksanakannya secara naluri. Bukan itu saja; Dalam dunia yang beraneka ragam, penuh permusuhan dan kekerasan.
Para peneliti, pendidik dan psikolog menyatakan Kecerdasan Emosi adalah daya pertahanan hidup, bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Mereka mengatakan bahwa EQ lebih penting dari IQ, nyatanya EQ meningkatkan IQ, dan pada Millenium berikutnya, orang yang rendah EQ-nya akan menderita.
Jadi Fatimah memulainya dengan anak umur 3 tahun, saat mereka mulai melihat diri mereka sebagai bagian dari komunitas yang besar. “Saya menolong mereka menyadari hubungan bahwa ketekunan memberikan kemampuan”,katanya. Saya mengatakan “Lihat hasil latihanmu! Kamu bisa melakukannya sendiri! Tidakkah hal itu membuat kamu senang?”
disitulah terletak inti permasalahannya.
“Merasa senang akan diri sendiri adalah dasar EQ”,kata Fatimah.
“Hal itu menimbulkan kepercayaan diri, dan semakin yakin seseorang akan dirinya, semakin baik kemampuan belajar dan kemampuan memanfaatkan dirinya”.
Berbeda dengan IQ, tidak ada cara mengukur EQ kecuali secara gurauan. Fatimah, mungkin mengatakan pada orang tua mereka,” Zaki memiliki kesulitan bermain bersama secara kooperatif”, dan menawarkan cara agar mereka bisa meningkatkan sikap kooperatif, misalnya dengan melakukan tugas sederhana bersama-sama dan mengomentari,”Pekerjaan ini menjadi lebih menyenangkan karena dilakukan bersama-sama!”
EQ sering disalahartikan dengan temperamen, padahal temperamen adalah sifat tingkah laku bawaan lahir, sedang EQ adalah respons yang dipelajari.

“Karakteristik temperamen memberikan gambaran bagaimana anak itu menghadapi sesuatu apakah lambat bereaksi, sosial, tegas atau santai, sedangkan EQ menolong anda menghadapi berbagai temperamen tersebut, sehingga anda mampu mengatasi diri sendiri maupun orang lain.”
Contohnya, seorang anak yang impulsive dengan EQ yang tinggi akan lebih dapat mengendalikan diri dari pada anak yang sejenis dengan EQ yang rendah; anak yang pemalu dengan EQ tinggi akan belajar memulai pendekatan sosial dalam lingkup kecil.
MELETAKKAN DASAR
Dasar EQ dimulai sejak lahir, kata Stanley Greenspan, seorang psikiater anak adalah :
1 BAYI BARU LAHIR. “Ketika matanya bertemu dengan mata anda, anda tahu bahwa ia sedang memperhatikan”, kata Greenspan. Saat itu ketika anda berdua saling memandang, berikan perasaan aman yang akan merupakan dasar untuk perkembangan.
2 DUA SAMPAI 6 BULAN. Gelitikan, mimik muka, dan interaksi lainnya yang menyenangkan membawa bayi pada perasaan percaya dan keintiman.
3 EMPAT SAMPAI 10 BULAN. Komunikasi dua arah melalui permainan meniru sederhana (anda melambaikan tangan, dia melambaikan tangan, anda melambaikan tangan lagi) merupakan cara dia mempelajari sinyal emosional: “Saya dapat membuat ayah melambaikan tangan!” Ini adalah dasar kemampuan intelektual dalam mempelajari hokum sebab-akibat dan untuk mulai memahami sinyal sosial dalam kehidupan, kata Greenspan.
4 SEPULUH SAMPAI 18 BULAN. Ketika interaksi mulai bertujuan dia akan memegang tangan anda, mengajak berjalan ke Lemari es untuk menyatakan dia ingin jus, perasaan “AKU”nya mulai timbul. Semakin diperjelas, semakin baik: “Kamu ingin minum jus dan kamu jelaskan pada saya bagaimana menyatakannya pada saya! Kamu adalah orang yang tahu bagaimana mendapatkan apa yang kau perlukan”.
5 DELAPAN BELAS SAMPAI 30 BULAN. Batita (Bawah tiga tahun) menyatakan emosi dalam bermain. Ketika anda menandai perasaan tersebut, dia dapat menghubungkannya dengan tingkah-lakunya : “Boneka itu begitu gembira karena kamu memeluknya!”
6 TIGA TAHUN LEBUH. Anak-anak lebih dapat menghubungkan antara perasaan dan idea kalau konsep dimasukkan pada konteks emosional, kata Greenspan. Daripada menyatakan “Tunjukkan saya yang mana mobil merah”, cobalah mengatakan “Warna mobil apa yang kamu senangi, merah atau biru? Saya menyulkai yang merah; itulah warna baju kesukaan saya.”
Intinya adalah untuk menimbulkan perasaan pada anak bagaimana ia memasukkan kesadaran emosional bersamaan dengan perkembangan perasaan fisik dan kemampuan intelektual. “Hal ini lebih penting dari yang kita perkirakan”, menurut Greenspans.
Itu disebabkan emosi bisa menolong proses belajar atau menempatkannya pada jalannya. Bayangkan seorang anak yang digertak saat istirahat. “Ketika kembali kekelas, Dia begitu marah dan frustasi untuk mampu berkonsentrasi. Dia menarik diri atau mencoba menarik perhatian, keduanya membuat pelajaran siang tersebut tidak masuk pada pikirannya”, Tetapi jika perasaannya diakui, dia akan lebih mampu mengikuti pelajaran.
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EQ
Psikolog pendidikan Anabel Jensen, seorang professor muda, memprioritaskan tiga kecakapan EQ yang paling penting:
1 PENGENDALIAN IMPULS (dorongan untuk bertindak).
“Sampaikan bahkan pada bayi bahwa kebutuhannya akan terpenuhi, tetapi bukan berarti segera: “Saya akan memberikan Jus untukmu, tapi saya harus ke kamar mandi dulu”. Pada anak berumur sekolah, latihan penundaan keinginan harus dilaksanakan:“Pernahkah anda perhatikan betapa impulsifnya kita semua? Marilah kita perhatikan apakah kita bisa menyadari diri kita sendiri: Adakah Peraturan Keluarga misalnya kita hanya boleh minum soda pada hari Jum’at, saya menaruh soda pada kulkas hari Senin. Marilah kita lihat apakah kita sendiri bisa menahan diri”.
2 OPTIMISME.
Jensen mengatakan pada anak-anak bahwa orang yang pesimis melihat kegagalan sebagai hal yang permanen dan meresap dan memandang dirinya tidak kuat; seorang yang optimis melihat kegagalan sebagai sesuatu yang sementara dan tertentu dan menanyakan dirinya, “Apa yang bisa saya kerjakan untuk mengatasinya”. Ketika keponakannya yang berumur 16 tahun gagal dalam test bahasa Inggris dan menyimpulkan, dengan sifat remaja yang berlebihan, bahwa dia gagal dalam hidupnya, Jensen menanyainya, “Apakah kamu sebelumnya pernah juga mendapat nilai buruk dalam bahasa Inggris? Tidak? Jadi kegagalan itu sementara. Apakah kamu juga gagal dalam bidang lain? Tidak? Jadi itu tertentu, hanya terjadi pada pelajaran bahasa Inggris. Berapa lama kamu belajar? Sepuluh menit? Kalau begitu kamu bukan tidak mampu!”
3 EMPATI.
Meskipun anak dibawah 7 tahun tidak dapat mengerti pandangan orang lain, Jensen menyarankan untuk berbicara seakan mereka mengerti. Pada akhirnya, pesan ini akan dimengerti: “Bagaimana perasaanmu ketika kamu sedang memainkan suatu mainan dan seseorang mengambilnya?
Pada anak Play group, Jensen mengatakan bahwa anda bisa bercakap-cakap agar mereka sadar secarae mosional, contohnya, “Apa pendapatmu tentang dirimu dikelompok? Apakah kamu orang yang langsung ikut bermain ataukah melihat-lihat keadaan dahulu?” Lalu tolonglah dia untuk menyadari dirinya dan memutuskan bagaimana akan bertindak: “Bukankah akan menarik untuk pergi ke pesta ulang tahun itu dan mencoba bertindak berbeda, untuk melihat bagaimana hasilnya nanti?
Jensen mengatakan orang yang dituntun dalam kesadaran emosionalnya sejak masa kecil tumbuh dengan kesadaran akan kekuatan dan kelemahannya, dan memilih pilihan yang lebih bertanggung jawab dan pantas.
“Secara keseluruhannya, bukan saja mendidik menjadi orang yang lebih baik” menurutnya “tetapi juga menjadikan dunia yang lebih baik”.
BAGAIMANA ORANG TUA DAPAT MEMBANTU
1 Hindari mengatakan kalimat ini: “Itu tidak sakit”, atau “Kamu tidak pantas marah!” anak boleh bersikap emosional; Yang tidak boleh adalah bertindak mencelakai diri sendiri atau orang lain.
2 Bicara mengenai perasaan kita sendiri adalah contoh yang bermanfaat. Gunakan kata “saya” jika anda bisa: “Saya merasa tidak enak kalau kamu berbicara dengan nada yang kasar”.
3 Buatlah pernyataan perasaan secara mudah dan lucu: Ambillah gambar wajah yang beremosi dari Majalah atau gambarlah yang sederhana di kartu tandai: Gembira, Sedih, Marah, Menangis. Tempelkan pada gagang dan ajaklah anak anda untuk menggunakannya dalam menyatakan perasaan.
4 Bicarakan perasaan jika mungkin. Bukan hanya memberi nasehat, tetapi juga menolongnya untuk tidak merasa sendiri/terkucil.
5 Jangan tunggu sampai ada kejadian menyakitkan untuk berbicara tentang perasaan.

Bayi juga suka musik

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I
Musik banyak sekali memberikan manfaat bagi perkembangan seorang anak, dan seharusnya sedini mungkin mulai diperkenalkan terhadap musik supaya efeknya dapat berpengaruh dengan tepat. Kesimpulan dari para peneliti yang didukung pula oleh orangtua, tanpa ragu lagi menyatakan bahwa tidak pernah ada kata terlalu dini bagi seorang anak untuk mulai mendengarkan musik.
Mulai dari suara detak jantung ibu yang terdengar di dalam rahim hingga lahir ke dunia yang penuh dengan suara, bayi telah belajar untuk mengenali suara-suara tersebut. Pada tahun pertama kelahirannya, otak manusia akan berkembang dengan sangat cepatnya dibandingkan pada usia-usia lainnya sehingga suara-suara dan irama musik sangat berperan penting dalam perkembangan intelektual dan emosional manusia.
Suara degup jantung ibu yang direkam pun bahkan dapat membuat berat bayi bertambah. Musik membantu mereka berkembang dengan cara lain dan unik sehingga para peneliti akhirnya menyimpulkan mengenai apa yang selama ini sebenarnya telah diketahui oleh orangtua, bahwa bayi sangat menyukai musik. Tidak sekadar menghibur maupun menenangkan bayi, musik pun dapat memberikan efek perkembangan mental mereka.
Kemudian sekitar tahun 1993, para peneliti menemukan suatu hubungan yang sangat menarik. Dikatakan kalau musik klasiklah yang dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektualitas manusia secara optimal, dan tak ada jenis musik lain yang dapat menandingi kekuatan yang dimiliki oleh musik klasik, musik yang lahir dari otak jenius komposer-komposer dunia dan tidak pernah ada matinya hingga saat ini.
Manfaat atau efek yang ditimbulkan oleh musik klasik pun dapat berbeda, bergantung pada jenis musiknya. Para ahli menyarankan, musik-musik dari zaman Barok baik sekali untuk bayi. Musik zaman Barok memiliki sisi emosi yang kuat, memberi efek yang menyenangkan bagi perasaan, dan menyentuh lubuk hati. Setiap jenis musik mempunyai beat atau dentuman atau irama yang berbeda. Pop, jazz, klasik, rock, heavy metal, green core, hard core, tradisional, dan lain-lain. Pada saat suara musik masuk ke telinga, otomatis akan masuk ke otak kita juga, secara sadar maupun tidak sadar. Jenis musik yang kita dengar ikut mempengaruhi detak jantung juga. Misalnya pada saat ini kita mendengarkan musik pop, katakanlah Debby Gibson, lalu setelah itu dengarkan musik rock, katakanlah Metallica, rasakan detak jantung anda, pasti akan berbeda.
Anak kecil yang baru belajar berjalan pasti akan sangat menyukai berjalan-jalan mengelilingi ruangan atau menari-nari sambil mengikuti suara musik. Untuk membuatnya lebih bersemangat, lagu-lagu berirama cepat sepert Minuet in G-nya Beethoven, Horn and Violin Concerto dari Mozart, Bourree dari Bach atau Water Music dari Handel dapat menarik perhatiannya untuk bermain. Kodaly menganjurkan untuk turut mengajak anak-anak kecil lainnya untuk bermain oper bola di dalam sebuah lingkaran sambil mendengarkan lagu-lagu tersebut karena olahraga ringan ini akan terasa sangat menyenangkan dan sangat baik untuk kesehatan. Menurut Daniel Stern MD, seorang pakar di bidang perkembangan bayi, pada umumnya para ibu sudah memiliki insting apa yang harus dilakukan ketika bayinya menangis kelaparan. Biasanya dengan bersenandung ringan sebelum memberi makan bayinya, akan meredakan tangisan mereka yang sangat keras untuk sementara. Sayangnya, tidak semua ibu dapat melakukannya, atau bahkan pilihan lagunya tidak tepat. Oleh karena itu, ketika bayi menangis kelaparan, lagu The Marriage of Figaro dari Mozart merupakan pilihan yang tepat untuk membantu menenangkan tangisannya, tapi tidak akan membuatnya tertidur.
Tidak hanya perut yang harus diberi makan, otak pun demikian. Lagu-lagu karya Johann Sebastian Bach sangat terkenal dengan teknik musiknya yang sangat matematis dan merangsang otak untuk berpikir sehingga terkenal dengan julukan The Most Mathematical of Musical Techniques. Karya-karyanya bagaikan puzzle dan sisi intelektualnya muncul terutama pada karyanya yang berbentuk fugues (musik yang sangat kompleks). Contohnya adalah Little Fugues dan Great Fugues. Selain penuh dengan tantangan, lagu-lagu tersebut juga sangat nikmat untuk didengarkan.
Kemudian, ketika saatnya tidur telah tiba, lagu-lagu dengan tempo yang lambat namun memiliki melodi yang sangat menghanyutkan dapat dijadikan pilihan untuk menenangkan bayi hingga membuatnya tertidur lelap. Lagu-lagu seperti itu dapat kita temui pada Eine Kleine Nachtmusik dan Piano Concerto dari Mozart, Sonata Pathetique dan Fur Elise-nya Beethoven, Air on G String karya Bach, dan tak lupa Lullaby dari Brahms, lagu ninabobo yang sangat terkenal di dunia.
Atas dasar itulah musik klasik dijadikan referensi untuk meningkatkan kinerja otak. Jika detak jantung stabil, emosi kita otomatis juga stabil sehingga kita bisa berpikir lebih "jernih". Kenapa musik klasik? Karena musik klasik adalah murni alat music saja tanpa lirik. Lirik lagu bisa memecah konsentrasi otak. Bayangkan saja, kita sedang mengerjakan tugas yang berhubungan dengan angka, tiba-tiba terdengar lagu dengan syair yang tidak karuan. Pasti sangat mengganggu konsentrasi.
Lantas kenapa tidak dengan bacaan ayat suci Al-Quran atau Nasyid?
Hikmah dapat ditemukan dimana-mana. Bahkan dalam temuan dari orang yang non-muslim. Selama musik klasik dinikmati dalam batas sewajarnya, Insya Allah tidak akan menjauhkan kita dari Allah SWT. Telinga kita senang untuk mendengarkan hal yang indah-indah, musik klasik menyajikan ini semua. Alunan not dan nadanya menstimuli pendengaran kita.
Selama ayat-ayat Al-Quran dibacakan dengan nada yang tenang, jernih, jelas tajwidnya, hal itu akan membawa efek menenangkan karena degup jantung kita juga menjadi normal, nafas kita menjadi teratur. Begitu juga dengan shalawat. Namun ada tambahan lain yang tidak dimiliki musik manapun. Ayat Al-Quran merupakan kata-kata dari Sang Pencipta Otak, Pencipta manusia, Allah SWT. Pada setiap ayat selalu tersimpan makna dan kata yang "berarti". Tidak ada satupun kata dari ayat Al-Quran sia-sia. Semua mengandung arti dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, Allahu Akbar. Sedangkan shalawat mengandung doa kepada Allah agar Nabi Muhammad selalu diberkahi oleh Nya. Bukan saja untuk menenangkan, tapi ayat Allah dan rangkaian shalawat-dzikir juga bisa untuk terapi.
Nah, dengan sedikit pengertian diatas, maka tergantung dari diri Anda sendiri. Pilihan terserah pada diri Anda-anda sekalian. Mendengarkan musik memang membuat detak jantung bayi dan juga orang dewasa lebih teratur namun tidak menimbulkan rasa cinta kepada Sang Khalik secara langsung. Sedangkan Al-Quran, nasyid dan shalawat juga sama-sama membuat detak jantung bayi lebih teratur sekaligus menimbulkan rasa cinta dan dekat kepada Sang Khalik. Wallahu 'alam.

Rabu, 12 Mei 2010

Anakku Malas Belajar

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I

Pada artikel ini akan dibahas mengenai anak belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, entah mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah. Pentingnya belajar tanpa harus dibicarakan panjang lebar pasti sudah disadari oleh seluruh orangtua.

Keluhan yang datang dari orangtua pada umunya lebih banyak menyangkut anaknya terlalu banyak bermain daripada orangtua yang anaknya terlalu banyak belajar. Bahkan kalau anak sangat rajin belajar, pastilah orangtua memamerkannya ke orang-orang dengan nada bangga, "Iya loh Pak Taufik, anak saya itu belajarnya rajin sekali. Pulang sekolah belajar, bangun tidur siang belajar, terus malam kalau bapaknya sudah pulang ya belajar lagi. Makanya anak saya itu pintar sekali, apa-apa tahu. Kadang-kadang malah saya yang nggak tahu".

Lain lagi kalimatnya jika anak terlalu banyak bermain, "Aduuuuuuh Pak Taufik, anak saya ini kerjanya main melulu.... Siang main, sore main, malam juga main. Saya dan bapaknya kalau mau menyuruh dia belajar, harus teriak-teriak dulu, mengancam dulu, baru dia mau belajar. Pusing saya jadinya. Sudah begitu perkalian saja tidak hafal".

Penyebab

Kalau anak enggan belajar, tentunya perlu dicari tahu sebab-musababnya, baru kemudian diambil suatu tindakan. Beberapa sebab mengapa anak enggan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain
  2. Sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena ada adik baru).
  3. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
  4. Sedang sakit.
  5. Sedang sedih (bertengkar dengan teman baik, kehilangan hewan kesayangan)
  6. Tidak ada masalah atau sakit apapun, juga tidak kurang waktu bermain (malahan kebanyakan), hanya memang MALAS.

Malas

Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Muhammad Ali, malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk belajar.

Kalau anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

Motivasi

Dalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan sesuatu disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

Morgan (1986) dalam bukunya Introduction To Psychology, menjelaskan beberapa teori motivasi:

1. Teori insentif

Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu ini disebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut. Contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orangtua, maka anak belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru. Insentif biasanya hal-hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya. Insentif, bisa juga sesuatu yang tidak menyenangkan, maka orang berperilaku tertentu untuk menghindar mendapatkan insentif yang tidak menyenangkan ini. Dapat juga terjadi sekaligus, orang berperilaku tertentu untuk mendapatkan insentif menyenangkan, dan menghindar dari insentif tidak menyenangkan.

2. Pandangan hedonistik

Dalam pandangan hedonistik, seseorang didorong untuk berperilaku tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan. Contohnya: anak mau belajar karena ia tidak ingin ditinggal ibunya ke pasar/supermarket.

Dari uraian di atas, dapat diasumsikan anak yang malas tidak merasa adanya insentif yang menarik bagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan menyenangkan dari belajar.

Memberikan Dorongan Agar Anak Mau Belajar

Sehubungan dengan teori motivasi di atas tentunya bisa dikatakan dengan mudah, ayo kita berikan dorongan agar anak mau belajar. Tapi dorongan seperti apa yang dapat diberikan kepada anak?

Berikut ini adalah beberapa buah saran:

1. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh (peristiwa ini mungkin jarang terjadi, tapi jika saat terjadi orangtua memperhatikan dan menunjukkannya, hal tersebut bisa menjadi insentif yang berharga buat anak). Pujian selain merupakan insentif langsung, juga menunjukkan penghargaan dan perhatian dari orangtua terhadap anak. Anak seringkali haus perhatian dan senang dipuji. Jadi daripada memberikan perhatian ketika anak tidak mau belajar dengan cara marah-marah, dan ketika belajar tanpa disuruh orangtua tidak memberikan komentar apapun, atau hanya komentar singkat tanpa kehangatan, akan lebih efektif perhatian orangtua diarahkan pada perilaku-perilaku yang baik.

2. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, bahwa belajar itu berguna buat anak. Bukan sekedar supaya raport tidak merah, tapi misalnya dengan mengatakan "Kalau Ade rajin belajar dan jadi pintar, nanti kalau ikut kuis di tv bisa menang loh, dapat banyak hadiah. Kan kalau anak pintar, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya".

3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis di tv). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.

4. Banyak lembaga pra-sekolah yang mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode active learning atau learning by doing, atau learning through playing, salah satu tujuannya adalah agar anak mengasosiasikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan. Tapi seringkali untuk anak-anak SD, hal ini agak sulit dipraktekkan, karena mulai banyak pelajaran yang harus dipelajari dengan menghafal. Untuk keadaan ini, hal minimal yang dapat dilakukan adalah mensetting suasana belajar. Jika setiap kali pembicaraan mengenai belajar berakhir dengan omelan-omelan, ia akan mengasosiasikan suasana belajar sebagai hal yang tidak memberi perasaan menyenangkan, dengan demikian akan dihindari.

Membuat Suasana Belajar Lebih Menyenangkan

Selain tidak sering-sering memarahi anak ketika belajar, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan agar suasana belajar lebih menyenangkan dan anak mau belajar. Hal-hal tersebut adalah:

1. Anak cenderung meniru perilaku orangtua, karena itu jadilah contoh buat anak. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar). Dengan demikian, anak melihat bahwa orangtuanya sampai tua pun tetap belajar.

2. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.

3. Anak butuh suatu kepastian, hal-hal yang dapat diprediksi. Jadi jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti. Misalnya ketika sudah ditentukan, waktu belajar adalah 2 jam setiap hari, pukul 17.00-19.00, maka pada jam tersebut harus digunakan secara konsisten sebagai waktu belajar. Kecuali disebabkan hal-hal yang mendesak, misalnya anak baru sampai rumah pukul 16.30, tentunya tidak bijaksana memaksa anak harus belajar pukul 17.00, karena masih lelah.

4. Anak punya daya konsentrasi dan rentang perhatian yang berbeda-beda. Misalnya ada anak yang bisa belajar terus-menerus selama 1 jam, ada yang hanya bisa selama setengah jam. Kenali pola ini dan susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai. Bagi anak yang hanya mampu berkonsentrasi selama 30 menit, maka berikan waktu istirahat 5-10 menit setelah ia belajar selama 30 menit. Demikian untuk anak yang mampu belajar lebih lama.

5. Disarankan agar orangtua menemani anak ketika belajar. Dalam hal ini orangtua tidak perlu harus terus-menerus berada di samping anak karena mungkin Anda sebagai orangtua memiliki pekerjaan. Namun paling tidak ketika anak mengalami kesulitan, Anda ada di dekatnya untuk membantu.

Demikian hal-hal yang dapat disarankan untuk membantu orangtua memberikan motivasi anak agar mau belajar. Semoga berguna dan dapat berhasil diterapkan. Orangtua senang, tidak lelah berteriak-teriak dan marah-marah, anak pun senang tidak dimarahi dan merasa menyukai kegiatan belajar.


Membangun Konsep Diri yang Positif

Oleh : Ali Hisyam, S. Sos I

Pakde, sebutlah begitu namanya, adalah kandidat doktor yang dikenal sebagai seorang dosen dan pejabat struktural yang cukup otoriter. Akhir-akhir ini, menjelang pengukuhannya sebagai doktor, Pakde menjadi sangat sensitif dan mudah naik pitam bila menguji skripsi mahasiswa.. Hal ini biasanya terjadi karena terdapat perbedaan pendapat dengan dosen penguji yang lain. Di luar sidang (skripsi) ia sempat mengatakan, “Dari dulu saya selalu harus kalah, sekarang saya nggak mau ngalah lagi.” Menyedihkan sekali, persoalan ilmiah harus diselesaikan dengan sikap “pokoknya harus menang!”

Sementara di tempat yang lain, Ani (16 tahun), siswi kelas X SLTA, cukup membuat guru BP (bimbingan dan penyuluhan) kewalahan. Bukan karena bandel, melainkan karena prestasi belajarnya yang sangat rendah (dua kali tidak naik kelas) dan sangat menutup diri terhadap teman maupun guru.

Dua kasus di atas tampak bertentangan, yang satu agresif, yang lain sangat pasif dan depresif. Meski demikian, sebenarnya persoalan utamanya sama, yaitu konsep diri (self-concept) yang negatif.

Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang dirinya. Secara lengkap konsep diri dapat diartikan sebagai perasaan, persepsi, dan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri.

Aspek apakah yang dievaluasi? Antara lain adalah diri fisik (persepsi mengenai penampilan diri, kesehatan, dan keadaan tubuh), diri moral-etik (persepsi mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan dalam hidup beragama, nilai-nilai moral yang dipegang), diri personal (sejauh mana seseorang merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat), diri keluarga (sejauh mana seseorang merasa telah menjalankan peran dan fungsi yang tepat sebagai anggota keluarga), dan diri sosial (penilaian terhadap diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar).

Evaluasi terhadap aspek-aspek diri tersebut terbentuk dari pengalaman seseorang dalam interaksi dengan orang lain sepanjang perjalanan hidupnya. Bagaimana respon atau umpan balik apa yang diperoleh dari orang-orang terdekat (significant others) dan lingkungan sosialnya, sangat menentukan bagaimana gambaran seseorang terhadap dirinya.

Orang-orang terdekat (terutama orang tua) dan lingkungan sosial yang memberikan umpan balik atau respon-respon yang positif (dukungan, pujian, penerimaan, hadiah) akan menyokong perkembangan konsep diri yang positif. Sebaliknya umpan balik atau respon-respon yang negatif (penolakan, kecaman, hinaan, hukuman), akan menyokong perkembangan konsep diri yang negatif.

Positif dan Negatif

Apabila seseorang mengenali dirinya dengan baik dan dapat memahami (menerima) sejumlah fakta yang bervariasi mengenai dirinya (kelebihan, kekurangan, dapat menerima diri apa adanya), berarti ia memiliki konsep diri yang positif.

Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan mudah pula menerima orang lain. Selain itu, ia akan merancang tujuan-tujuannya secara realistis (sehingga lebih mungkin berhasil), lebih berani dan spontan dalam bertindak, memperlakukan orang lain dengan hangat dan hormat. Baginya, hidup itu menyenangkan.

Sebaliknya ,bila pandangan individu tentang dirinya sendiri tidak teratur, tak merasa sebagai pribadi yang stabil dan utuh, tidak mengetahui hakikat dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya, atau di sisi lain justru terlalu stabil dan terlalu kaku (membangun citra diri yang kaku, tidak boleh menyimpang), berarti ia memiliki konsep diri yang negatif.

Orang yang memiliki konsep diri negatif selalu merasa bahwa apa yang ia peroleh kurang berharga dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain. Mereka memiliki ciri-ciri: peka terhadap kritik, senang terhadap pujian tapi pura-pura menghindarinya, hiperkritis terhadap orang lain, merasa tidak disenangi sehingga sulit membina hubungan dengan orang lain, dan bersikap pesimis.

Solusi Kasus

Seperti telah disebutkan di atas, konsep diri merupakan hasil pengalaman seseorang dalam interaksi sosial. Di sisi lain, berdasarkan karakteristik konsep diri positif dan negatif dapat pula dilihat bahwa konsep diri sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Pada kasus Ani yang sangat tertutup, psikolog yang menangani menemukan bahwa ia memiliki konsep diri yang sangat negatif. Ketika psikolog tersebut mengajaknya untuk menggali sisi-sisi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, Ani dengan sangat mudah menuliskan sisi-sisi negatif dirinya. Sebaliknya, ia sama sekali tidak mampu melihat sisi positif atau kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Meski demikian, setelah melalui dua kali konseling dengan fokus mengenali sisi-sisi positif yang dimiliki, menyentuh aspek spiritual (cinta Tuhan), dan petunjuk-petunjuk praktis untuk mengembangkan keterampilan sosial, akhirnya Ani berhasil mengembangkan keterampilan sosialnya. Guru BP memberikan pernyataan puas dengan perkembangan yang tampak pada Ani.

Dalam kasus Pakde, seorang rekan kerjanya yang cukup mengenal pribadinya tahu persis bahwa tindakan norak Pakde dalam ujian skripsi mahasiswa tersebut adalah karena konsep diri yang negatif. Ia termasuk orang yang kaku.

Dengan latar belakang bidang studi berbeda dengan yang ditekuni sekarang, ia merasa tidak cakap. Namun, ia tak mau diremehkan kolega yang notabene adalah anak buahnya.

Dengan pengalaman “disalahkan” oleh anak buah pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, Pakde merasa gerah. Sebagai atasan, apalagi sudah menjelang jadi doktor, ia merasa bahwa seharusnya dirinyalah yang “menyalahkan”.

Untunglah ada seorang “korban” yang arif bijaksana. Rekan Pakde itu, meski gagasannya benar namun diserang habis-habisan di depan mahasiswa, tetap bersikap sabar sampai berhasil meyakinkan Pakde bahwa pendapatnya benar. Akhirnya Pakde merasa malu, dan lebih mengendalikan diri dalam kesempatan-kesempatan berikutnya.

Perubahan Pakde ini terjadi karena rekan tersebut di samping menyodorkan fakta (literatur) yang dapat diandalkan, sekaligus menanamkan keyakinan-keyakinan kepada Pakde bahwa bagaimanapun Pakde bukan orang yang layak diremehkan (juga dengan fakta).

Gambaran terakhir mengenai rekan yang arif bijaksana tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki konsep diri yang stabil. Ia tidak terpengaruh dengan perlakuan kasar Pakde. Ia tetap memandang dirinya OK, tidak merasa jatuh harga dirinya; dan di matanya Pakde pun tetap OK meski telah membuat kesalahan.

Rekan tersebut betul-betul telah mengenali dirinya sendiri, mampu menghargai dirinya sendiri, dan mampu pula menghargai orang lain. Dan dengan demikian ia bahkan bisa menolong orang lain.

Real Self dan Ideal Self

Carl Rogers, seorang tokoh psikologi humanistik, menjabarkan bahwa dalam perkembangannya seseorang membangun dua jenis self, yaitu real self (seperti apa kepribadianku dan bagaimana orang lain memandangku saat ini) dan ideal self (diriku yang aku inginkan; konsep tentang diri sendiri yang ideal). Perkembangan kepribadian terjadi bila individu merasakan ketidaksesuaian (kesenjangan) antara real self dengan ideal self.

Ada kemungkinan seseorang dapat mengakui dan menerima adanya kesenjangan antara real self dengan ideal self. Namun, dapat juga terjadi bahwa kesenjangan tersebut tidak diakui.

Orang yang dapat mengakui dan menerima kesenjangan antara real self dengan ideal self adalah individu yang matang. Hanya saja, bila yang terjadi adalah pengingkaran, hal tersebut mengarah pada terjadinya penyimpangan perilaku.

Nah, mari kita lakukan seruan “Gnote Seauton” (kenalilah diri sendiri), dan terima apa adanya! Karena hanya dengan bisa menerima, interaksi dengan orang lain menjadi lebih produktif dan kepribadian dapat berkembang optimal.